Usaha Asah Batu Cincin Kian Menjamur Di Lhokseumawe


Oleh: Muchlis Gurdhum

Bunyi gesekan batu kecil pada mata gerenda semakin membuat suasana ramai. Belum lagi, banyak pasang mata yang melihat dan memperhatikan kegiatan tersebut.  Batu-batu kecil itu, terus diolah dan diasah hingga membentuk sebuah benda berbentuk bulat mungil dengan tampilan yang menarik.

Ya...begitulah suasana yang kerap terlihat selama ini. Yaitu, kegiatan mengasah batu cincin. Hampir semua tempat di sudut Kota Lhokseumawe terlihat suasana seperti itu. Baik siang maupun malam, bagai kota yang tidak pernah tidur dengan aktivitas dimaksud.

Kegiatan mengasah batu cincin, tumbuh bak jamur dimusim hujan dalam setahun terakhir. Berkembangannya kegiatan asah mengasah batu cincin itu, tidak terlepas dari demam masyarakat terhadap batu giok kian melanda Aceh saat ini.

Kembali terhadap kegiatan mengasah batu cincin. Yang sebelumnya dilakukan oleh beberapa orang pengrajin saja dan benar-benar melakoni pekerjaannya sebagai pengrajin batu cincin. Namun sejak demam batu cincin melanda Aceh dalam setahun terakhir ini, pengrajin dadakan begitu tumbuh dan ada dimana-mana.

Tidak hanya dipasar atau ditempat keramaian. Namun teras rumah juga disulap menjadi usaha mengasah batu cincin. Sudut-sudut bangunan kosong juga disulap menjadi arena mengasah batu cincin.

Faisal (35), salah seorang pengasah batu cincin yang baru mencoba membuka usaha kerajinan sebulan yang lalu di pinggir jalan Negara Medan Banda Aceh, Gampong Meunasah Mesjid, Lhokseumawe.

Dirinya setiap hari kebanjiran order pesanan. Bahkan, begitu banyak yang ingin menggunakan jasa kepiawannya dalam mengasah batu cincin, terpaksa dirinya bekerja hingga larut malam. Dalam sehari dirinya juga mampu menyelesaikan Lima hingga Delapan batu siap menjadi perhiasan.

Dengan adanya demam batu cincin yang melanda masyarakat saat ini, telah memberikan pekerjaan baru baginya. Serta membuat dirinya sibuk mengais Rupiah dari tiap batu yang telah diolahnya menjadi sebuah perhiasan. Dari setiap biji batu yang telah diolah tersebut, jasa yang dibayarkan kepada pengrajin umumnya rata-rata sebesar Rp 35.000/ butir.

Faisal merupakan salah satu contoh, dari sekian banyak pengrajin batu yang tumbuh seiring trend masyarakat yang suka memakai batu cincin.   Yang telah membuka peluang usaha baru dan membangkitkan perekonomian masyarakat.


Meskipun masih dianggap pemula. Namun banyak juga masyarakat penikmat keindahan batu memanfaatkan jasa pengrajin dadakan ini. Hal itu tidak terlepas dari tidak tertampungnya minat masyarakat yang ingin mengasah batu kesayangannya menjadi sebuah perhiasan yang setiap hari semakin tinggi jumlah. (*)
Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar