gambaran bertani dilahan sempit tapi tetap bernilai ekonomis |
Tinggal diperkotaan tentu sangat tidak memungkinkan untuk berkebun ataupun membuat kolam ikan. Konon lagi, jika tinggal dikawasan padat penduduk dengan lahan rumah yang sempit, tentu sangat tidak memungkinkan lagi.
Berikut ada kisah tentang bagaimana memanfaatkan lahan yang sempit serta dengan menggunakan bahan sederhana, bisa tetap menyalurkan hobi berkebun dan juga bisa menghemat pengeluaran untuk kebutuhan sayur-sayuran.
Lahan halaman rumah sempit tak membuat Asriyadi Alexander Mering, warga Kelurahan Tanjung Hulu, Kecamatan Pontianak Timur, Pontianak, ini urung bercocok tanam. “Tak perlu mimpi besar menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi keluarga.” Begitu kata pria yang pernah aktif di dunia jurnalistik ini.
Bagaimana caranya? Mering membuat perkebunan aquaponic di halaman rumah yang sempit. Alhasil, suasana rumah menjadi sejuk, dan hijau. Kebutuhan pangan keluargapn terpenuhi bahkan menghasilkan. “Urusan dapur, amanlah. Sayur yang kita konsumsi pun semua organik. Mau makan lele atau nila, kita sudah budidaya,”
Mering menyulap halaman depan dan samping rumah menjadi perkebunan aquaponic skala kecil. Di bagian bawah, ada kolam ikan dari beton. Bagian atas bersusun paralon ukuran empat inchi sebagai wadah menanam aneka sayuran.
Sebenarnya, sistem perkebunan semacam ini sudah lama diadopsi sejumlah negara dengan sumber daya lahan terbatas. Ia semacam teknologi budidaya terpadu antara ikan dan tanaman. Teknologi terapan ini irit lahan dan air, hingga mudah diterapkan di perkotaan dengan lahan sempit.
Banyak keuntungan bisa dipetik dari penerapan aquaponic ini. Biaya produksi rendah dan hasil sangat tinggi. Sistem ini bisa menekan laju pencemaran lingkungan. “Biaya awal sekadar ongkos pembelian semen, paralon, dan lain-lain. Beberapa kebutuhan bisa dipenuhi dengan barang bekas seperti gelas air mineral.”
Mering mulai menerapkan aquaponic sekitar lima bulan terakhir. Awalnya, panen perdana hanya kangkung. Kini, sayuran lain seperti daun bawang, sawi kampung, cabai, dan kacang panjang mulai ditanam.
Dia juga membudidayakan nila dan lele. Dia pelihara lele indukan, dan berkembang biak. Mering membuat beberapa kolam ikan dari beton. Lalu membangun semacam rak di bagian atas sebagai penyangga pipa paralon ukuran empat inchi. Pada tubuh pipa bagian atas dilubangi dengan ukuran disesuaikan kebutuhan. Lubang itu sebagai wadah menanam aneka sayuran.
“Bak ikan dipasangi airator yang biasa digunakan di akuarium. Air dari bak ikan naik dan mengairi pipa paralon sebagai wadah tanam sayuran. Akar-akar sayuran akan menyaring air bekas ikan ini sekaligus menjadi pupuk. “Air yang kembali ke bak bersih lagi untuk pertumbuhan ikan,” kata Mering.
Upaya Mering ini tak hanya mengurangi beban biaya dapur, juga efek lain. “Suara gemericik air dari kolam, bisa menjadi sarana hiburan tersendiri. Nyaman, terutama saat beristirahat malam hari.”(*)
sumber:mongabay.co.id
0 komentar:
Posting Komentar