Logo dan Slogan Pekan Kebudayaan Aceh ke-6 |
AcehInfo.com | Banda Aceh - Pembukaan Pekan Kebudayaan Aceh ke-6 oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak DR.H. Susilo Bambang Yudoyono mengecewakan masyarakat Aceh. Pesta kebudayaan yang seharusnya menjadi ajang silaturrahmi seluruh masyarakat dari berbagai kabupaten ini, saat pembukaan hanya untuk tamu dan undangan. Masyarakat yang ingin menyaksikan langsung acara pembukaan yang turut diisi dengan hiburan panggung seni harus puas berada didepan gerbang utama ditengah teriknya matahari.
Ratusan masyarakat yang juga ingin melihat langsung wajah beberapa orang pemimpin yang hadir dalam acara ini seperti Gubernur Aceh, Bupati, Walikota dan beberapa pimpinan instansi pemerintahan, "diikan asinkan". Hal ini berbeda jauh saat para pemimpin ini belum terpilih menduduki jabatan mereka pada masa kampanye dimana masyarakat diperbolehkan sedekat mungkin dengan panggung tempat mereka berdiri.
Kepanitian PKA-6 yang dikelola oleh Dinas Pariwisata Aceh tidak menyediakan tempat untuk masyarakat umum didalam area pembukaan. Pembatasan ini jelas memberikan gambaran adanya jarak antara sang Pemimpin dengan Sang Pemimpi yang harus dijaga. Beberapa orang warga juga ada yang mengeluhkan kekecewaan mereka terhadap manajemen panitia seperti yang diungkapkan seorang warga Banda Aceh, Farid yang dikutip oleh acehkita.com, "Kami kecewa kalau begini karena sudah menunggu dari pagi untuk melihat pembukaan PKA. Seharusnya panitia membuat tempat khusus untuk masyarakat yang hadir".
Yang menarik lagi, sambutan Presiden yang mengajak pemuda dan masyarakat untuk menjaga keutuhan perdamaian di aceh serta tetap menjaga nilai-nilai keislaman yang terkandung didalam kebudayaan aceh hanya disampaikan secara langsung dihadapan undangan yang terdiri dari pejabat-pejabat pemerintahan dan beberapa warga kalangan atas, tidak langsung didepan pemuda dan masyarakat yang hadir.
Ratusan masyarakat yang juga ingin melihat langsung wajah beberapa orang pemimpin yang hadir dalam acara ini seperti Gubernur Aceh, Bupati, Walikota dan beberapa pimpinan instansi pemerintahan, "diikan asinkan". Hal ini berbeda jauh saat para pemimpin ini belum terpilih menduduki jabatan mereka pada masa kampanye dimana masyarakat diperbolehkan sedekat mungkin dengan panggung tempat mereka berdiri.
Kepanitian PKA-6 yang dikelola oleh Dinas Pariwisata Aceh tidak menyediakan tempat untuk masyarakat umum didalam area pembukaan. Pembatasan ini jelas memberikan gambaran adanya jarak antara sang Pemimpin dengan Sang Pemimpi yang harus dijaga. Beberapa orang warga juga ada yang mengeluhkan kekecewaan mereka terhadap manajemen panitia seperti yang diungkapkan seorang warga Banda Aceh, Farid yang dikutip oleh acehkita.com, "Kami kecewa kalau begini karena sudah menunggu dari pagi untuk melihat pembukaan PKA. Seharusnya panitia membuat tempat khusus untuk masyarakat yang hadir".
Yang menarik lagi, sambutan Presiden yang mengajak pemuda dan masyarakat untuk menjaga keutuhan perdamaian di aceh serta tetap menjaga nilai-nilai keislaman yang terkandung didalam kebudayaan aceh hanya disampaikan secara langsung dihadapan undangan yang terdiri dari pejabat-pejabat pemerintahan dan beberapa warga kalangan atas, tidak langsung didepan pemuda dan masyarakat yang hadir.
Gerbang utama baru dibuka untuk umum saat rombongan presiden dan undangan sudah meninggalkan arena. Seorang warga lainnya, Rahmad yang telah menunggu sejak pagi bersama keluarganya mengungkapkan kekecewaannya. "Saat SBY sudah keluar baru dibuka pintu gerbang ini", Ungkapnya.
0 komentar:
Posting Komentar