Banda Aceh – Bimbingan orang tua sangatlah dibutuhkan untuk bisa mengawal dan mengarahkan anak-anak agar sukses menggapai apa yang dicita-citakan. Meski baru sebatas pendidikan pra sekolah, namun, semangat belajar yang diperlihatkan di Taman Kanak-kanak (TK) akan menjadi batu loncatan untuk meraih cita-cita di masa depan, (Rabu, 13/5/2015).
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Drs Dermawan MM, selaku Pembina Yayasan Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi, dalam sambutan singkatnya yang dibacakan oleh Kepala Biro Organisasi Setda Aceh H.Azhari,S.Ag,M.Si. Pada acara Perpisahan dengan Anak-Anak TK/PAUD Bhakti Pertiwi TA 2014/2015.
“Pada kesempatan ini saya akan mencoba menyampaikan sambutan yang lebih ditujukan kepada kita selaku orang tua yang akan membimbing mereka menggapai cita-citanya. Meski ada filosofi yang mengatakan bahwa orang tua tidak bisa terlalu over protective, tapi bagaimana pun juga, sebagai anak yang masih kecil, para orang tua tentu tidak bisa membiarkan anaknya melakukan sesuatu secara sembarangan,” ujar Sekda.
Menurut Dermawan, anak-anak di usia siswa PAUD dan Taman Kanak-kanak masih sangat membutuhkan pengawalan dan bimbingan kita dari orangtua.
“Namun, proteksi yang kita berikan jangan terlalu berlebihan, sehingga hak mereka sebagai anak-anak menjadi terbelenggu. Proteksi hanya sebatas mengarahkan agar mereka tidak salah melangkah.
Empat Fase Mendidik Anak.
Dalam hal mendidik anak, Sekda mengajak para orang tua untuk mencontoh dan mentauladani Rasulullah SAW, yang mengkategorikan pendidikan anak dalam empat fase, yaitu;
Pertama, di usia 0-6 tahun, Rasulullah menyuruh kita memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak dengan kasih sayang tidak berbatas. Anak tidak boleh dipukul sekiranya mereka melakukan kesalahan, walaupun atas dasar untuk mendidik.
“Dengan cara seperti ini, anak-anak akan merasa aman meniti usia kecil mereka, karena mereka yakin, ada kita di sisi mereka setiap saat,” terang Sekda.
Kedua, ketika anak berusia 7 – 14 tahun, inilah masa di mana kita mulai menanamkan disiplin dan tanggungjawab. Pada usia ini, mereka sudah harus disuruh shalat dan mengaji.
“Sebuah hadist Rasulullah mengatakan, ‘Perintahkanlah anak-anak kamu supaya mendirikan shalat ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun, dan asingkanlah tempat tidur di antara mereka lelaki dan perempuan.”
Ketiga, saat anak berusia 15- 21 tahun, di sinilah fase masa remaja yang penuh sikap pemberontakan. Pada tahap ini, para orangtua harusnya memposisikan diri sebagai sahabat sekaligus guru bagi mereka.
“Banyaklah berbincang dengan mereka, membahas perkara yang mereka hadapi. Jadilah pendengar yang setia dan hindari menghardik atau memarahi mereka terutama di depan adik-adik yang lain,” terang Dermawan.
Keempat, Saat anak berusia 21 tahun ke atas adalah fase di mana orangtua memberikan sepenuhnya kepercayaan kepada mereka untuk menentukan masa depannya. Keberhasilan proses fase keempat ini tidak bisa dilepaskan dari tiga fase sebelumnya. Jika proses pendidikan di tiga fase pertama berjalan baik, maka fase keempat ini akan berjalan baik. Tapi jika tiga fase pertama berjalan kurang baik, alamat si anak berpotensi menuai banyak masalah di masa usia dewasanya.
“Penekanan hari ini adalah transisi dari fase pertama ke fase kedua. Fase di mana kita mulai menanamkan disiplin yang bermacam-macam, mulai dari disiplin menunaikan shalat, mengaji, dan juga cara mematuhi etika dan aturan yang berlaku.
Dermawan menambahkan, Jika di masa TK mereka selalu diantar ke sekolah, mungkin di masa Sekolah Dasar (SD) ini, sudah ada yang ke sekolah tanpa diantar orang tuanya. Bahkan sudah ada yang ke sekolah bersama teman-temannya. Perlakuan anak di masa TK harus berbeda dengan saat mereka sudah bersekolah di SD.
“Tapi jangan pula mengeksploitasi mereka sehingga waktu bermainnya tidak ada. Mereka memang perlu belajar dan mengaji. Namun di sela-sela waktu itu, harus diberikan haknya untuk bermain. Yang terbaik adalah di sore hari, dari jam 5 hingga menjelang maghrib. Biarkan dia membangun dunianya sendiri, dan kita sebagai orang tuanya mengawasi dari jauh,” pesan Dermawan.
Menurut Sekda, apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah adalah sebuah metode terbaik untuk mengawal anak-anak, hingga mereka tumbuh menjelang masa remaja. Membiasakan keteraturan dan kedisiplinan adalah hal yang sangat penting, sehingga ketika dewasa, mereka lebih mawas diri dan tidak mudah terjerumus kepada tindakan yang merugikan.
“Mudah-mudahan para orang tua yang hadir di sini bisa menerapkan cara yang dilakukan Rasulullah, sehingga anak-anak kita ini bisa sukses dalam meniti karirnya di masa depan. Semoga anak-anak kita ini menjadi anak yang shaleh, dan kelak berguna bagi nusa, bangsa dan agama,” pungkas Sekda.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut para pengurus yayasan TK Pertiwi dan para staff pengajar dan para orang tua siswa. Acara perpisahan juga diisi dengan berbagai pertunjukan seni dari para siswa. Beberapa kesalahan gerakan dari para bocah justru menjadi hal yang mampu mengundang gelak tawa para hadirin.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Drs Dermawan MM, selaku Pembina Yayasan Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi, dalam sambutan singkatnya yang dibacakan oleh Kepala Biro Organisasi Setda Aceh H.Azhari,S.Ag,M.Si. Pada acara Perpisahan dengan Anak-Anak TK/PAUD Bhakti Pertiwi TA 2014/2015.
“Pada kesempatan ini saya akan mencoba menyampaikan sambutan yang lebih ditujukan kepada kita selaku orang tua yang akan membimbing mereka menggapai cita-citanya. Meski ada filosofi yang mengatakan bahwa orang tua tidak bisa terlalu over protective, tapi bagaimana pun juga, sebagai anak yang masih kecil, para orang tua tentu tidak bisa membiarkan anaknya melakukan sesuatu secara sembarangan,” ujar Sekda.
Menurut Dermawan, anak-anak di usia siswa PAUD dan Taman Kanak-kanak masih sangat membutuhkan pengawalan dan bimbingan kita dari orangtua.
“Namun, proteksi yang kita berikan jangan terlalu berlebihan, sehingga hak mereka sebagai anak-anak menjadi terbelenggu. Proteksi hanya sebatas mengarahkan agar mereka tidak salah melangkah.
Empat Fase Mendidik Anak.
Dalam hal mendidik anak, Sekda mengajak para orang tua untuk mencontoh dan mentauladani Rasulullah SAW, yang mengkategorikan pendidikan anak dalam empat fase, yaitu;
Pertama, di usia 0-6 tahun, Rasulullah menyuruh kita memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak dengan kasih sayang tidak berbatas. Anak tidak boleh dipukul sekiranya mereka melakukan kesalahan, walaupun atas dasar untuk mendidik.
“Dengan cara seperti ini, anak-anak akan merasa aman meniti usia kecil mereka, karena mereka yakin, ada kita di sisi mereka setiap saat,” terang Sekda.
Kedua, ketika anak berusia 7 – 14 tahun, inilah masa di mana kita mulai menanamkan disiplin dan tanggungjawab. Pada usia ini, mereka sudah harus disuruh shalat dan mengaji.
“Sebuah hadist Rasulullah mengatakan, ‘Perintahkanlah anak-anak kamu supaya mendirikan shalat ketika ia berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun, dan asingkanlah tempat tidur di antara mereka lelaki dan perempuan.”
Ketiga, saat anak berusia 15- 21 tahun, di sinilah fase masa remaja yang penuh sikap pemberontakan. Pada tahap ini, para orangtua harusnya memposisikan diri sebagai sahabat sekaligus guru bagi mereka.
“Banyaklah berbincang dengan mereka, membahas perkara yang mereka hadapi. Jadilah pendengar yang setia dan hindari menghardik atau memarahi mereka terutama di depan adik-adik yang lain,” terang Dermawan.
Keempat, Saat anak berusia 21 tahun ke atas adalah fase di mana orangtua memberikan sepenuhnya kepercayaan kepada mereka untuk menentukan masa depannya. Keberhasilan proses fase keempat ini tidak bisa dilepaskan dari tiga fase sebelumnya. Jika proses pendidikan di tiga fase pertama berjalan baik, maka fase keempat ini akan berjalan baik. Tapi jika tiga fase pertama berjalan kurang baik, alamat si anak berpotensi menuai banyak masalah di masa usia dewasanya.
“Penekanan hari ini adalah transisi dari fase pertama ke fase kedua. Fase di mana kita mulai menanamkan disiplin yang bermacam-macam, mulai dari disiplin menunaikan shalat, mengaji, dan juga cara mematuhi etika dan aturan yang berlaku.
Dermawan menambahkan, Jika di masa TK mereka selalu diantar ke sekolah, mungkin di masa Sekolah Dasar (SD) ini, sudah ada yang ke sekolah tanpa diantar orang tuanya. Bahkan sudah ada yang ke sekolah bersama teman-temannya. Perlakuan anak di masa TK harus berbeda dengan saat mereka sudah bersekolah di SD.
“Tapi jangan pula mengeksploitasi mereka sehingga waktu bermainnya tidak ada. Mereka memang perlu belajar dan mengaji. Namun di sela-sela waktu itu, harus diberikan haknya untuk bermain. Yang terbaik adalah di sore hari, dari jam 5 hingga menjelang maghrib. Biarkan dia membangun dunianya sendiri, dan kita sebagai orang tuanya mengawasi dari jauh,” pesan Dermawan.
Menurut Sekda, apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah adalah sebuah metode terbaik untuk mengawal anak-anak, hingga mereka tumbuh menjelang masa remaja. Membiasakan keteraturan dan kedisiplinan adalah hal yang sangat penting, sehingga ketika dewasa, mereka lebih mawas diri dan tidak mudah terjerumus kepada tindakan yang merugikan.
“Mudah-mudahan para orang tua yang hadir di sini bisa menerapkan cara yang dilakukan Rasulullah, sehingga anak-anak kita ini bisa sukses dalam meniti karirnya di masa depan. Semoga anak-anak kita ini menjadi anak yang shaleh, dan kelak berguna bagi nusa, bangsa dan agama,” pungkas Sekda.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut para pengurus yayasan TK Pertiwi dan para staff pengajar dan para orang tua siswa. Acara perpisahan juga diisi dengan berbagai pertunjukan seni dari para siswa. Beberapa kesalahan gerakan dari para bocah justru menjadi hal yang mampu mengundang gelak tawa para hadirin.
0 komentar:
Posting Komentar