Jakarta, 15/3 (Atjeh Bisnis)- Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan nilai ekspor industri agro pada tahun ini bisa mencapai US$ 35,42 miliar. Sementara nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tembus Rp 60 triliun dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar USD 20 miliar dengan penyerapan tenaga kerja sektor industri agro sebanyak 2 juta orang.
Ini diungkapkan Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Panggah Susanto, seperti dikutip Sabtu (14/3/2015). Adapun target pertumbuhan industri agro nasional pada 2015 akan mencapai 7,5% dengan kontribusi terhadap PDB industri pengolahan non-migas sebesar 46%.
“Diperkirakan pertumbuhan industri agro akan terus meningkat pada tahun 2015 dengan target sebesar 7,5 persen, sedangkan pada tahun 2019 kami optimistis mampu mencapai 8 persen,” jelas dia.
Panggah mengharapkan target tersebut dapat mengakselerasi pengembangan industri agro di dalam negeri sehingga dapat menjadikan Indonesia sebagai negara industri tangguh dan berdaya saing.
Adapun kontribusi industri agro terhadap PDB industri pengolahan non migas pada tahun 2014 sebesar 45,74 persen atau naik dibandingkan tahun 2013 sebesar 44,64 persen.
Sedangkan, laju pertumbuhan industri agro tahun 2014 mencapai 7,12 persen atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,23 persen. “Diperkirakan pertumbuhan industri agro akan terus meningkat pada tahun 2015 dengan target sebesar 7,5 persen, sedangkan pada tahun 2019 kami optimistis mampu mencapai 8 persen,” tegas Panggah.
Dalam upaya mencapai target-target yang telah ditetapkan tersebut, strategi utama yang dilakukan Kementerian Perindustrian dalam pengembangan industri agro nasional, meliputi 4 kategori yaitu: mulai dari regulasi, seperti pengenaan bea keluar, larangan ekspor bahan baku serta pemberian insentif tax holiday dan tax allowance.
Kemudian intervensi, seperti bantuan peralatan dan mesin, bantuan sertifikasi SVLK dan V-legal, serta promosi pasar melalui pameran di dalam maupun luar negeri. Serta, fasilitasi/pendampingan, seperti pelatihan desain, peningkatan kompetensi SDM, kualitas dan mutu, serta pendampingan teknologi. Dan Sosialisasi melalui peraturan-peraturan dan standardisasi.
Panggah memastikan, strategi dan kebijakan pengembangan industri agro tetap diarahkan pada kebijakan hilirisasi, yang merupakan salah satu strategi dasar peningkatan nilai tambah produk agro nasional.
“Pemberian insentif pajak berupa tax holiday dan tax-allowance serta fasilitas Bea Keluar akan tetap dipertahankan untuk merangsang industri dalam negeri berproduksi menggunakan sumber daya alam yang tersedia,” ujarnya.
Hingga saat ini Indonesia merupakan produsen produk pertanian utama dengan komoditas unggulan seperti kelapa sawit, kakao, karet, dan rotan. Indonesia sebagai produsen sawit terbesar dunia dengan produksi minyak sawit (CPO dan CPKO) tahun 2014 mencapai 31 juta ton, kakao sekitar 450 ribu ton dan karet sekitar 3,23 juta ton.
Indonesia juga merupakan produsen rotan yang sangat potensial, lebih dari 85 persen populasi rotan dunia berasal dari Indonesia dengan produksi sebesar 143 ribu ton. (Nrm)
Sumber :Liputan 6
0 komentar:
Posting Komentar