Laporan : Muchlis Gurdhum
Sadli Hasyim terlihat sedang memeras air tebu. (foto: Muchlis Gurdhum) |
Siang itu angin berhembus sepoi-sepoi, terik matahari membuat gerah kerongkongan. Dibawah batang Trembesi yang sedang tumbuh subur dipinggir jalan besar, Sadli Hasyim terus memeras air tebu dari batang yang telah dibersihkan.
Raungan suara mesin yang telah dimodifikasi dengan sedemikian rupa, terus melumat batang tebu yang dimasukkan kedalam gilingan. Hanya satu harapan yang ingin dicapainya adalah, rembesan air tebu dapat keluar sebanyak-banyaknya. Karena dengan air tebu itulah, sekeping demi sekeping Rupiah dikumpulkannya untuk dapat mengepulkan asap dapur dan biaya hidup keluarganya.
Pria yang sudah berumur 56 tahun itu, sudah lama mangkal di pinggir jalan Stadion Tunas Bangsa. Saban hari, dirinya bersama istri menjagai warung air tebu milik mereka. Sembari mengiling air tebu, mereka juga menjual gorengan untuk menambah pemasukan.
Kepada Atjeh Bisnis, Sadli bercerita, bahwa dengan menjual air tebu itu, dirinya mampu menghidupi keluarga. Periuk nasi yang selalu minta diisi setiap hari sebagai amunisi energi bagi tubuh tidak boleh kosong. Begitu juga dengan kebutuhan lainnya, yang terus menuntut. Mulai dari jajan sekolah anak hingga kebutuhan lainnya yang tidak mungkin diuraikan secara berurut.
Tidak banyak keuntungan yang diperoleh oleh Sadli, namun pria yang memiliki Tujuh orang anak ini, mengaku cukup. Pemasukan bersih yang diperoleh setiap harinya dari menjual air tebu berkisar antara 100 Ribu Rupiah hingga 150 Ribu Rupiah.
Dengan rutinitas hariannya itu, dimulai sejak pagi pukul 8.00 hingga 17.00 Wib itu, Sadli terus mengumpulkan Rupiah dari pengguna jalan yang singgah ditempatnya berusaha. Apalagi bila suasana terik, maka pendapatannya juga ikut meningkat. Karena ramai orang yang ingin melepas dahaga dari kesegaran air tebu.
Sebutnya, tiap gelas air tebu yang dijualnya seharga Rp 3.000. Sedangkan dalam satu batang tebu dapat menghasilkan lebih kurang Tiga gelas air tebu.
Disebutkan juga olehnya, dengan berjualan air tebu itu, selain dapat memenuhi kebutuhan dapur dan kehidupan keluarganya. Dirinya juga mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi. Bahkan, dua anaknya telah mampu menjadi perawat kesehatan dan ada yang sudah bekerja di ibukota negara. Serta ada yang masih sekolah baik ditingkat SMA dan juga masih ada yang SD.
Perjuangan hidup yang dilakoninya dengan kesungguhan telah membuahkan hasil terhadap keberhasilan amanah dalam hidupnya. Baginya, tidak ada yang tidak mungkin jika ada kemauan dan usaha serta diiringi oleh doa.
Kini, meskipun saban hari masih mengiling air tebu bersama istrinya. Tampak diwajahnya rasa kepuasan hidup dan mampu menghidupi keluarganya sekaligus mampu menyekolahkan anaknya hingga berhasil. Senyum yang terpancar dari wajahnya tuanya, semakin menegarkan dirinya sebagai sosok mandiri dan pantang menyerah untuk sebuah kesuksesan. Hanya berdagang air tebu, anaknya bisa sekolah hingga ke perguruan tinggi. Sebuah motivasi hidup yang dilakoni oleh Sadli Hasyim untuk dicontoh.(*)
0 komentar:
Posting Komentar