Damaskus - Satu tim perlucutan senjata tiba di Damaskus, ibu kota Suriah, pada Selasa untuk memulai tugas mendata simpanan senjata kimia negara itu sebelum dihancurkan.
Para pemeriksa dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) yang berkedudukan di Den Haag berangkat lewat jalan darat dari Lebanon sehari setelah para pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meninggalkan Suriah setelah menyelidiki serangkaian tuduhan serangan-serangan kimia, lapor AFP.
Sementara itu seorang anggota kabinet Suriah menyatakan bahwa Presiden Bashar al-Assad akan tetap berkuasa dan dia memilih untuk memimpin satu periode lagi dalam pemilihan tahun depan.
Kelompok oposisi menuntut Bashar mundur dari kekuasaan dan hal itu merupakan pilar dari konferensi perdamaian yang direncanakan berlangsung di Jenewa.
Dan Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia, satu lembaga swadaya masyarakat, mengeluarkan laporan bahwa jumlah korban yang meninggal dalam konflik di negara itu mencapai lebih 115.000 orang sejak Maret 2011.
Satu kelompok pemeriksa OPCW yang beranggota 20 orang berada di Suriah untuk melaksanakan resolusi PBB yang memerintahkan penghancuran simpanan senjata kimia Suriah pada pertengahan tahun 2014.
Simpanan senjata itu diyakini mencakup lebih 1.000 ton gas sarin, mustard dan bahan-bahan kimia yang dilarang lainnya yang disimpan di sekitar 45 tempat di seluruh negeri yang dilanda perang sauadara itu.
OPCW mengatakan para pemeriksa itu -- semuanya sukarelawan -- akan bertemu para pejabat pemerintah Selasa malam sebelum memulai kerja mereka.
Dalam sejarah OPCW, misi ini merupakan yang pertama terjadi di satu negara yang dilanda perang saudara, dan para pemeriksa akan mengecek daftar tempat-tempat yang diberitahu rezim Damaskus dan melakukan pengujian di tempat.
Tim PBB yang meninggalkan Damaskus pada Senin menyelidiki tujuh dugaan serangan dengan menggunakan gas beracun dan berharap menyerahkan laporan akhir pada akhir Oktober.
Awal bulan lalu tim itu menyerahkan satu laporan sementara yang membenarkan penggunaan gas sarin dalam serangan-serangan pada 21 Agustus di pinggiran kota Damaskus.
Amerika Serikat mengancam aksi militer atas serangan-serangan itu, dengan menuduh pasukan yang setia kepada Bashar secara sengaja membunuh ratusan warga sipil dengan gas kimia.
Suriah membantah tuduhan-tuduhan itu tetapi setuju untuk menghancurkan simpanan senjata kimianya, yang secara efektif menghentikan ancaman serangan militer AS, berdasarkan kesepakatan AS-Rusia yang dicapai dan menghasilan Resolusi 2118 Dewan Keamanan PBB.
Sumber: antara news
Para pemeriksa dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) yang berkedudukan di Den Haag berangkat lewat jalan darat dari Lebanon sehari setelah para pakar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meninggalkan Suriah setelah menyelidiki serangkaian tuduhan serangan-serangan kimia, lapor AFP.
Sementara itu seorang anggota kabinet Suriah menyatakan bahwa Presiden Bashar al-Assad akan tetap berkuasa dan dia memilih untuk memimpin satu periode lagi dalam pemilihan tahun depan.
Kelompok oposisi menuntut Bashar mundur dari kekuasaan dan hal itu merupakan pilar dari konferensi perdamaian yang direncanakan berlangsung di Jenewa.
Dan Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia, satu lembaga swadaya masyarakat, mengeluarkan laporan bahwa jumlah korban yang meninggal dalam konflik di negara itu mencapai lebih 115.000 orang sejak Maret 2011.
Satu kelompok pemeriksa OPCW yang beranggota 20 orang berada di Suriah untuk melaksanakan resolusi PBB yang memerintahkan penghancuran simpanan senjata kimia Suriah pada pertengahan tahun 2014.
Simpanan senjata itu diyakini mencakup lebih 1.000 ton gas sarin, mustard dan bahan-bahan kimia yang dilarang lainnya yang disimpan di sekitar 45 tempat di seluruh negeri yang dilanda perang sauadara itu.
OPCW mengatakan para pemeriksa itu -- semuanya sukarelawan -- akan bertemu para pejabat pemerintah Selasa malam sebelum memulai kerja mereka.
Dalam sejarah OPCW, misi ini merupakan yang pertama terjadi di satu negara yang dilanda perang saudara, dan para pemeriksa akan mengecek daftar tempat-tempat yang diberitahu rezim Damaskus dan melakukan pengujian di tempat.
Tim PBB yang meninggalkan Damaskus pada Senin menyelidiki tujuh dugaan serangan dengan menggunakan gas beracun dan berharap menyerahkan laporan akhir pada akhir Oktober.
Awal bulan lalu tim itu menyerahkan satu laporan sementara yang membenarkan penggunaan gas sarin dalam serangan-serangan pada 21 Agustus di pinggiran kota Damaskus.
Amerika Serikat mengancam aksi militer atas serangan-serangan itu, dengan menuduh pasukan yang setia kepada Bashar secara sengaja membunuh ratusan warga sipil dengan gas kimia.
Suriah membantah tuduhan-tuduhan itu tetapi setuju untuk menghancurkan simpanan senjata kimianya, yang secara efektif menghentikan ancaman serangan militer AS, berdasarkan kesepakatan AS-Rusia yang dicapai dan menghasilan Resolusi 2118 Dewan Keamanan PBB.
Sumber: antara news
0 komentar:
Posting Komentar